PENEMUAN MANUSIA PURBA DAN HASIL BUDAYANYA
Penemuan manusia purba diawali dengan kegiatan excavasi / penggalian di tempat-tempat yang diyakini terdapat fosil-fosil manusia purba. penggalian dilakukan dengan teknik arkeologi agar fosi tidak mengalami kerusakan. setelah digali, maka fosil akan dibersihkan dengan bahan-bahan kimia tertentu, agar unsur-unsurnya tdk mengalami kerusakan. Langkah selanjutnya adalah merekonstruksi / menyusun lagi fosil-fosil seprti pada saat ditemukan.
Penelitian ilmiah mengenai fosil dimulai pada akhir abad ke-19. Penelitian Paleoantropologi manusia purba di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu 1889-1909, 1931-1941, dan 1952 hingga sekarang.
Eugone Dubois menduga bahwa manusia purba pasti hidup di daerah tropis. Menurutnya, hal ini disebabkan perubahan iklim sepanjang sejarah tidak banyak dan di daerah tropis pula monyet serta kera masih banyak yang hidup
Ø Jenis-jenis Manusia Purba dan Penemuanya
Charles Darwin menyatakan perkembangan manusia dengan teori evolusi manusianya. Manusia pertama diperkirakan muncul pada zaman pleistosen bawah , kurang lebih 600.000 tahun sampai 300.000 tahun yang lalu.
· Meganthropus paleojavanicus
Megantropus Paleo Javanicus, berasal dari kata mega : besar, Paleo : tua dan Java : Jawa, yang berarti manusia besar/raksasa yang diperkirakan manusia pertama yang hidup di Jawa.
Ditemukan oleh Ralph von Koeningswald pada tahun 1936-1941 di daerah Sangiran
(Kabupaten Sragen, Jawa Tengah).
Ciri-cirinya:
- Dianggap paling tua (hidup antara 2 sampai 1 juta tahun yang lalu)
- bentuk fisik yang besar
- Rahang nya kuat, mempunyai badan yang tegap dan geraham yang besar
- Makanannya tumbuhan
- Muka terkesan kuat
- Tulang pipi tebal, dagu tidak ada
- Tonjolan kening mencolok
- Tonjolan belakang kepala tajam
- Volume otaknya sekitar 1000cc
- Otot-otot tengkuk kuat dan
- Tonjolan kening yang menyolok dan tonjolan belakang kepala yang tajam dan besar untuk otot-otot tengkuk yang kuat
· Pithecantropus
Fosil jenis Pithecantropus ini ternyata paling banyak ditemukan di Indonesia, sehingga dapat dikatakan bahwa kala pleistosen di Indonesia didominasi oleh manusia Pithecantropus. Pithecantropus hidup di kala pleistosen awal, tengah, dan akhir.
Ditemukan oleh Weidenreich dan Ralph von Koeningswald pada tahun 1936 di daerah Mojokerto, Kedungbrubus, Trinil, Sangiran, Sambungmacan, dan Ngandong. Hidupnya di lembah-lembah atau di kaki pegunungan dekat perairan darat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ciri-cirinya :
- tubuh berkisar antara 165 - 180 cm
- dengan badan dan anggota badan yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus
- Dagu belum ada dan hidungnya lebar
- Volume otaknya berkisar antara 750 - 1300 cc
- hidup antara 2 juta - 200.000 tahun yang lalu
Jenis – jenisnya antara lain :
1) Pithecantropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto, ditemukan oleh Von Koenigswald di Mojokerto tahun 1936 pada lapisan pleistosen bawah.
2) Pithecantropus Robustus, artinya manusia kera yang perkasa; ditemukan oleh Von Koenigswald dan F.Weidenrich pada tahun 1939 ada pada lapisan pleistosen tengah di lembah Bengawan Solo, Sangiran, Jawa Tengah.
3) Pithecantropus Erectus, (pithecos = kera; Erectus = berdiri tegak; manusia kera berjalan tegak), artinya manusia kera yang berjalan tegak, yang ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1890 di Kedung Brubus, Trinil, Ngawi di tepi sungai Bengawan Solo yang ada pada lapisan pleistosen tengah.
Jenis manusia ini mempunyai isi atau volume otak 900 cc, tulang keningnya menonjol ke muka, bagian hidung bergandeng menjadi satu. Ciri-ciri lainnya, tulang dahinya lurus ke belakang, tulang kakinya sudah cukup besar, gerahamnya masih besar.Tinggi berkisar antara 165 - 170 cm dan berat badannya sekitar 100 kg.
4) Di daratan Asia, jenis Pithecantropus ini ditemukan di gua-gua di Chuokoutien,
Peking, Cina; maka dikenal dengan nama Pithecantropus/ Sinanthropus Pekinensis (manusia kera dari Peking). Di Afrika ditemukan di Kenya dan dikenal dengan sebutan Austrolopithecus Africanus. Pithecantropus masih hidup berburu dan mengumpulkan makanan. Mereka belum dapat memasak, jadi makanan dimakan tanpa terlebih dahulu dimasak. Mereka tinggal di tempat-tempat terbuka dan selalu hidup berkelompok.
· Homo
Jenis manusia Homo berasal dari lapisan pleistosen atas, lebih muda dari jenis-jenis manusia sebelumnya. Homo mempunyai ciri-ciri yang lebih progresif dari pada Pithecanthropus. Isi otaknya antara 1000-1200 cc, dengan rata-rata 1350-1450 cc. Tinggi tubuhnya juga bervariasi antara 130-150 cm, demikian pula beratnya antara 30-150 kg. Otaknya lebih berkembang, terutama kulit otaknya. Bagian belakang tengkorak, juga membulat dan tinggi, otak kecilnya sudah berkembang dan otot-otot tengkuk sudah banyak mengalami reduksi. Ini disebabkan oleh alat pengunyahnya yang menyusut lebih lanjut, gigi mengecil demikian pula rahang, serta otot-otot kunyahnya dan muka tidak begitu menonjol lagi ke depan. Letak tengkorak di atas tulang belakang sudah lebih seimbang. Berjalan dan berdiri lebih sempurna dan koordinasi otot sudah jauh lebih sempurna. Jenis ini antara lain:
1. Homo Soloensis, artinya manusia dari Solo, yang ditemukan di Ngandong lembah sungai Bengawan Solo oleh Von Koenigswald pada tahun 1931-1934.
2. Homo Wajakensis, artinya manusia dari Wajak, yang ditemukan di lembah sungai Brantas, Wajak, Tulungagung, Jawa Timur oleh Eugene Dubois tahun 1889. Homo Wajakensis hidup antara 25.000-40.000 tahun yang lalu.
Homo Wajakensis merupakan Homo sapiens pertama di Asia.
Ditemukan olehVan Reictshotten, pada tahun 1889, di desa Wajak, Tulungagung, Jawa Timur
· Homo Sapiens
Homo Sapiens artinya manusia cerdas, yang ditemukan di Wajak, Tulungagung, Jawa Timur oleh Von Rietschoten pada tahun 1892. Jenis homo Sapiens berasal dari zaman Holosen atau Alluvium yang hidup kurang lebih 20.000 tahun yang lalu. Kehidupan manusia ini sudah lebih maju dari manusia pendahulunya; mereka sudah pandai memasak, menguliti binatang buruannya dan kemudian membakarnya
· Sinanthropus pekinensis
Sinanthropus pekinensis adalah manusia purba yang fosilnya ditemukan di gua naga daerah Peking negara Cina oleh Davidson Black dan Franz Weidenreich. Sinanthropus pekinensis dianggap bagian dari kelompok pithecanthropus karena memiliki ciri tubuh atau badan yang mirip serta hidup di era zaman yang bersamaan. Sinanthropus pekinensis memiliki volume isi otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200 cm kubik.
· Homo Rhodensiensis
Homo rhodesiensis adalah spesies hominin yang dideskripsikan dari fosil Manusia Rhodesian. Sisa fosil mereka berusia 300.000 hingga 125.000 tahun yang lalu pada zaman Pleistosen. Fosil spesies ini ditemukan pertama kali pada tahun 1921 oleh Tom Zwiglaar di Rhodesia Utara (kini Kabwe, Zambia).
· Homo floresiensis
Homo floresiensis ("Manusia Flores", dijuluki Hobbit) adalah nama yang diberikan oleh kelompok peneliti untuk spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh dan volume otak kecil, berdasarkan serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum sepenuhnya membatu) dari sembilan individu yang ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores, pada tahun 2001. Kesembilan sisa-sisa tulang itu menunjukkan postur paling tinggi sepinggang manusia moderen (sekitar 100 cm).
Para pakar antropologi dari tim gabungan Australia dan Indonesia berargumen menggunakan berbagai ciri-ciri, baik ukuran tengkorak, ukuran tulang, kondisi kerangka yang tidak memfosil, serta temuan-temuan sisa tulang hewan dan alat-alat di sekitarnya. Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.
· Homo sapiens bassilus
Ditemukan di Perancis.
Ciri-cirinya adalah dahinya tidak lagi miring dan telah memiliki dagu
· Eoabthropus dowson / Piltdown
Ditemukan di Inggris.Menurut para ahli digolongkan ke dalam Homo sapiens dan diperkirakan hidup
pada zaman Divilium Muda.
Ø Zaman dan Hasil Kebudayaan
ZAMAN ARKEOZOIKUM
n Arkeozoikum adalah zaman tertua (zaman awal atau permulaan)
n Dalam sejarah pekembangan bumi yang berlangsung kira – kira 2500 juta tahun yang lalu.
n Pada zaman itu keadaan bumi belum stabil, kulit bumi masih dalam proses pembentukan dan udara masih sangat panas sehingga belum tampak tanda – tanda kehidupan.
n Belum ada hasil kebudayaannya.
ZAMAN PALEOZAIKUM
n Paleozaikum merupakan zaman primer kelanjutan dari Arkeozoikum.
n Diperkirakan berlangsung sekitar 340 juta tahun yang lalu.
n Pada masa itu, terjadi penurunan suhu yang mengakibatkan bumi lambat laun menjadi dingin.
n Adanya tanda – tanda kehidupan yang semakin jelas, yakni dengan munculnya makhluk bersel satu seperti bakteri dan sejenis amfibi.
n Belum ada hasil kebudayaannya.
ZAMAN MMESOZOIKUM
n Mesozoikum disebut pula dengan zaman sekunder atau zaman reptil.
n Berlangsung kira – kira 140 juta tahun yang lalu.
n Pada masa ini, terjadi pertumbuhan kedua dalam tingkat kehidupan makhluk hidup.
n Pada zaman ini muncul pula reptil raksasa (dinosaurus) dan Atlantosaurus serta jenis burung dan binatang menyusui tingkat rendah.
n Belum ada hasil kebudayaannya.
ZAMAN NEOZOIKUM
n Neozoikum atau kainozoikum diperkirakan berusia 60 juta tahun yang lalu.
n Pada masa tersebut, keadaan bumi sudah mulai stabil kehidupan semakin berkembang dan beraneka ragam.
n Pembagian zaman neozoikum antara lain sebagai berikut :
A. Zaman tersier . B. Zaman Kuarter
A. Zaman Tersier
· Zaman tersier dapat disebut sebagai zaman ketiga.
· Jenis – jenis binatang besar mulai berkurang dan telah hidup dari binatang jenis – jenis binatang menyusui, seperti kera dan monyet.
B. Zaman Kuarter
· Zaman kuarter dapat disebut sebagai zaman keempat.
· Mulai muncul tanda – tanda kehidupan manusia purba.
· Zaman kuarter dibagi menjadi dua masa yaitu, masa pleistosen dan masa holosen
1. Masa PLEISTOSEN
Masa pleistosen atau dilivum adalah zaman es atau glasial.
Berlangsung sekitar kira – kira 600.000 tahun yang lalu.
Pada masa inilah kehidupan manusia mulai ada.
Masa ini ditandai dengan mulai mencairnya es yang bertumpuk di Kutub Utara karena terjadi perubahan iklim yang terus menerus.
2. Masa HOLOSEN
Masa holosen berlangsung sekitar 20.000 tahun yang lalu.
Pada masa ini, mulai muncul Homo Sapiens atau manusia cerdas, seperti Homo Wajakensis.
Spesies tersebut merupakan nenek moyang dari manusia modern saat ini.
Zaman Batu ( Lithikum )
n Pada zaman batu manusia purba dalam upaya untuk memenuhi kebutuhannya masih menggunakan alat – alat yang terbuat dari batu.
n Zaman Batu dibedakan menjadi 4 yaitu:
1. Zaman Batu Tua ( Palaeolithikum )
Kehidupan manusia purba pada saat itu belum memiliki tempat tinggal yang tetap atau nomaden.
· Peninggalan Budaya
Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak, mereka pergunakan sebagai alat. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu : Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
Alat-alat batu yang digunakan pada zaman batu tua masih sangat kasar, sebab teknik pembuatannya masih sangat sederhana. Alat-alat batu ini dibuat dengan cara membenturkan antara batu yang satu dengan yang lainnya. Pecahan batu yang menyerupai bentuk kapak, mereka pergunakan sebagai alat. Berdasarkan nama tempat penemuannya, hasil-hasil kebudayaan zaman batu tua di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu : Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
· Hasil Kebudayaan yang lainya Zaman batu tua (ringkasan)
- Kebudayaan Pacitan
- Kapak Genggam
- Kapak Perimbas
- Alat serpih (Flake)
- Kebudayaan Ngandong
- Kapak Genggam
- Alat-alat tulang dan tanduk rusa
- Alat serpih (Flake) - Berburu dan mengumpulkan makanan (Hunting and Food Gayhering)
- Kebudayaan Pacitan
- Kapak Genggam
- Kapak Perimbas
- Alat serpih (Flake)
- Kebudayaan Ngandong
- Kapak Genggam
- Alat-alat tulang dan tanduk rusa
- Alat serpih (Flake) - Berburu dan mengumpulkan makanan (Hunting and Food Gayhering)
· Manusia Pendukung
Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus Erectus. Sedangkan sebagai pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus Erectus. Sedangkan sebagai pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
· Kehidupan Sosial
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering). Mereka juga hidup dengan menangkap ikan di sungai. Manusia purba pada zaman batu tua hidup berpindah-pindah (nomaden).
Berdasarkan penemuan alat-alat Paleolithik, dapat disimpulkan bahwa manusia purba pendukung zaman batu tua hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering). Mereka juga hidup dengan menangkap ikan di sungai. Manusia purba pada zaman batu tua hidup berpindah-pindah (nomaden).
2. Zaman Batu Tengah ( Mesolithikum )
Kehidupan manusia purba pada saat itu sudah mulai menetap.
· Hasil Kebudayaan
Alat-alat batu dari zaman batu tua pada zaman batu madya masih terus digunakan dan dikembangkan serta mendapat pengaruh dari Asia Daratan, sehingga memunculkan corak tersendiri. Manusia pada zaman ini juga telah mampu membuat gerabah.
1) Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture)
Banyak alat-alat batu dan tulang dari zaman batu madya ditemukan di abri sous roche. Penelitian pertama terhadap abri sous roche dilakukan oleh Van Stein Callenfels di gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur dari tahun 1928 sampai 1931. Alat-alat mesolithik yang ditemukan dari gua tersebut adalah : alat-alat batu seperti mata panah dan flake, batu-batu penggiling dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Bersamaan dengan alat-alat dari Sampung ini, ditemukan pula fosil manusia Papua – Melanesoide.
2) Kebudayaan TOALA (Flake Culture)
Penelitian di gua-gua di Lumancong, yang masih didiami oleh suku bangsa Toala, berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan alat-alat tulang. Van Stein Callenfels memastikan bahwa kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.
3) Kebudayaan Kapak Genggam Sumatera (Peble Culture)
Di sepanjang pesisir Sumatera Timur Laut, antara Langsa (Aceh) dan Medan ditemukan bekas-bekas tempat tinggal manusia dari zaman Batu Madya. Temuan itu berupa tumpukan kulit kerang yang membatu dan tingginya ada yang mencapai 7 meter. Dalam bahasa Denmark, tumpukan kulit kerang ini disebut Kjokkenmoddinger (sampah dapur). Bersama-sama Kjokkenmoddinger ini, Van Stein Callenfels pada tahun 1925, juga menemukan : peble (kapak genggam Sumatera), hache courte (kapak pendek), batu-batu penggiling, alu dan lesung batu, pisau batu, dan sebagainy
Alat-alat batu dari zaman batu tua pada zaman batu madya masih terus digunakan dan dikembangkan serta mendapat pengaruh dari Asia Daratan, sehingga memunculkan corak tersendiri. Manusia pada zaman ini juga telah mampu membuat gerabah.
1) Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture)
Banyak alat-alat batu dan tulang dari zaman batu madya ditemukan di abri sous roche. Penelitian pertama terhadap abri sous roche dilakukan oleh Van Stein Callenfels di gua Lawa, dekat Sampung, Ponorogo, Jawa Timur dari tahun 1928 sampai 1931. Alat-alat mesolithik yang ditemukan dari gua tersebut adalah : alat-alat batu seperti mata panah dan flake, batu-batu penggiling dan alat-alat dari tulang dan tanduk. Bersamaan dengan alat-alat dari Sampung ini, ditemukan pula fosil manusia Papua – Melanesoide.
2) Kebudayaan TOALA (Flake Culture)
Penelitian di gua-gua di Lumancong, yang masih didiami oleh suku bangsa Toala, berhasil menemukan alat-alat serpih (flake), mata panah bergerigi dan alat-alat tulang. Van Stein Callenfels memastikan bahwa kebudayaan Toala tersebut merupakan kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.
3) Kebudayaan Kapak Genggam Sumatera (Peble Culture)
Di sepanjang pesisir Sumatera Timur Laut, antara Langsa (Aceh) dan Medan ditemukan bekas-bekas tempat tinggal manusia dari zaman Batu Madya. Temuan itu berupa tumpukan kulit kerang yang membatu dan tingginya ada yang mencapai 7 meter. Dalam bahasa Denmark, tumpukan kulit kerang ini disebut Kjokkenmoddinger (sampah dapur). Bersama-sama Kjokkenmoddinger ini, Van Stein Callenfels pada tahun 1925, juga menemukan : peble (kapak genggam Sumatera), hache courte (kapak pendek), batu-batu penggiling, alu dan lesung batu, pisau batu, dan sebagainy
· Kebudayaan Mesolithikum Yang Liannya (ringkasan)- Kapak genggam Sumatera (pebble Culture)
- Alat-alat tulang dan tanduk (Bone Culture)
- Alat-alat serpih (flakes)
- Kapak pendek (Hache courte)
- Gerabah
- Lukisan dinding gua
- Alat-alat tulang dan tanduk (Bone Culture)
- Alat-alat serpih (flakes)
- Kapak pendek (Hache courte)
- Gerabah
- Lukisan dinding gua
- Berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut
- Mulai bercocok tanam secara sederhana
- Sebagian masih nomaden, dan mulai menetap bertempat di gua-gua
- Sebagian hidup di pesisir menangkap ikan dan kerang
- Aborigin (Australia)
· Manusia Pendukung
Pendukung kebudayaan mesolithikum adalah manusia dari ras Papua – melanesoid. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras papua melanesoid baik pada kebudayaan Tulang Sampung maupun di bukit-bukit kerang di Sumatera. Sedangkan pendukung kebudayaan Toala menurut Sarasin diperkirakan adalah nenek moyang orang Toala sekarang yang merupakan keturunan orang Wedda dari Srilangka (Ras Weddoid).
Pendukung kebudayaan mesolithikum adalah manusia dari ras Papua – melanesoid. Hal ini terbukti dengan ditemukannya fosil-fosil manusia ras papua melanesoid baik pada kebudayaan Tulang Sampung maupun di bukit-bukit kerang di Sumatera. Sedangkan pendukung kebudayaan Toala menurut Sarasin diperkirakan adalah nenek moyang orang Toala sekarang yang merupakan keturunan orang Wedda dari Srilangka (Ras Weddoid).
· Kehidupan Sosial
Sebagian manusia pendukung kebudayaan mesolithikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan tetapi sebagian sudah mulai bertempat tinggal menetap di gua-gua dan bercocok tanam secara sederhana. Adapula pendukung kebudayaan zaman batu madya yang hidup di pesisir. Mereka hidup dengan menangkap ikan, siput dan kerang.
Sebagian manusia pendukung kebudayaan mesolithikum masih tetap berburu dan mengumpulkan makanan tetapi sebagian sudah mulai bertempat tinggal menetap di gua-gua dan bercocok tanam secara sederhana. Adapula pendukung kebudayaan zaman batu madya yang hidup di pesisir. Mereka hidup dengan menangkap ikan, siput dan kerang.
· Seni Lukis
Penemuan lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya dilakukan oleh C.H.M. Heeren Palm pada tahun 1950 di Leang Patta E. Menurut Van Heekeren gambar babi hutan di gua Leang-leang di Sulawesi Selatan berumur sekitar 4000 tahun.
Penemuan lukisan dinding gua di Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya dilakukan oleh C.H.M. Heeren Palm pada tahun 1950 di Leang Patta E. Menurut Van Heekeren gambar babi hutan di gua Leang-leang di Sulawesi Selatan berumur sekitar 4000 tahun.
· Kepercayaan
Masyarakat Mesolithikum di Indonesia sudah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat. Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan gambar nenek moyang dan dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat. Demikian halnya gambar kadal di wilayah tersebut, dianggap sebagai penjelmaan nenek moyang atau kepala suku sebagai lambang kekuatan magis.
Masyarakat Mesolithikum di Indonesia sudah mengenal kepercayaan dan penguburan mayat. Lukisan manusia di Pulau Seram dan Papua merupakan gambar nenek moyang dan dianggap memiliki kekuatan magis sebagai penolak roh jahat. Demikian halnya gambar kadal di wilayah tersebut, dianggap sebagai penjelmaan nenek moyang atau kepala suku sebagai lambang kekuatan magis.
3. Zaman Batu Muda ( Neolithikum )
Kehidupan manusia purba pada saat itu sudah mulai menetap dan bercocok tanam.
· Hasil kebudayaan
Alat-alat batu yang dipergunakan pada zaman batu muda sudah sangat halus pembuatannya, karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam. Berdasarkan alat batu yang menjadi ciri khas, kebudayaan zaman batu muda di Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : Kebudayaan Kapak Persegi dan Kebudayaan Kapak Lonjong.
Alat-alat batu yang dipergunakan pada zaman batu muda sudah sangat halus pembuatannya, karena mereka sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam. Berdasarkan alat batu yang menjadi ciri khas, kebudayaan zaman batu muda di Indonesia dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu : Kebudayaan Kapak Persegi dan Kebudayaan Kapak Lonjong.
· Hasil Kebudayaan Neolithikum (ringkasan)
- Kapak persegi
- Kapak Lonjong
- Kapak bahu
- Gerabah
- Perhiasan (gelang dan manik-manik)
- Alat pemukul kulit kayu - Revolusi Neolitik
- Hidup menetap tinggal di rumah sederhana / mulai membentuk perkampungan
- Hidup dengan bercocok tanam dan berternak
- Menggunakan bahasa Melayu-Polinesia (Austronesia)-Indonesia Barat.
- Kapak persegi
- Kapak Lonjong
- Kapak bahu
- Gerabah
- Perhiasan (gelang dan manik-manik)
- Alat pemukul kulit kayu - Revolusi Neolitik
- Hidup menetap tinggal di rumah sederhana / mulai membentuk perkampungan
- Hidup dengan bercocok tanam dan berternak
- Menggunakan bahasa Melayu-Polinesia (Austronesia)-Indonesia Barat.
· Manusia Pendukung
Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi pada zaman Neolithikum bertempat tinggal di Indonesia bagian timur. Mereka adalah dari ras proto-melayu (Melayu - Tua) yang datang ke Indonesia sekitar tahun 2000 SM. Mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan Perahu Bercadik. Sedangkan manusia pendukung kebudayaan kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah Papua Melanesoide.
Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi pada zaman Neolithikum bertempat tinggal di Indonesia bagian timur. Mereka adalah dari ras proto-melayu (Melayu - Tua) yang datang ke Indonesia sekitar tahun 2000 SM. Mereka datang ke Indonesia dengan menggunakan Perahu Bercadik. Sedangkan manusia pendukung kebudayaan kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah Papua Melanesoide.
· Kehidupan Sosial Budaya
Perubahan besar dalam bidang sosial budaya terjadi pada zaman batu muda. Perubahan tersebut dikenal dengan nama Revolusi Neolithik yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan (food producing), dari kehidupan berpindah-pindah (nomaden) menjadi kehidupan menetap.
Perubahan besar dalam bidang sosial budaya terjadi pada zaman batu muda. Perubahan tersebut dikenal dengan nama Revolusi Neolithik yaitu perubahan dari mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi menghasilkan makanan (food producing), dari kehidupan berpindah-pindah (nomaden) menjadi kehidupan menetap.
· Kepercayaan
Masyarakat zaman Neolithikum mempercayai adanya kekuatan “diluar” kekuatan manusia. Kepercayaan mereka dikenal dengan sebutan Animisme yaitu kepercayaan tentang adanya ruh-ruh yang memiliki kekuatan di alam gaib. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan karena ditempati atau merupakan perwujudan dari ruh.
Masyarakat zaman Neolithikum mempercayai adanya kekuatan “diluar” kekuatan manusia. Kepercayaan mereka dikenal dengan sebutan Animisme yaitu kepercayaan tentang adanya ruh-ruh yang memiliki kekuatan di alam gaib. Sedangkan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan karena ditempati atau merupakan perwujudan dari ruh.
4. Zaman Batu besar (Megalithikum)
Kebudayaan Megalithikum
adalah kebudayaan yang utamanya menghasilkan bangunan-bangunan yang terbuat dari batu-batu besar. Kebudayaan Megalithikum muncul pada zaman neolithikum dan berkembang luas pada zaman logam. Adapun hasil-hasil terpenting dari kebudayaan megalithikum adalah :
1. Menhir
2. Dolmen
3. Sarkofagus
4. Kubur peti batu
5. Waruga
6. Punden Berundak
7. Arca.
Zaman Logam
n Kebudayaan manusia purba pada zaman logam sudah jauh lebih tinggi dan maju jika dibandingkan dengan zaman batu.
n Pada zaman logam ini penduduk Indonesia telah mampu mengolah dan melebur logam. Kepandaian ini diperoleh setelah mereka menerima pengaruh dari kebudayaan Dongsong (Vietnam) yaitu kebudayaan Perunggu di Asia Tenggara yang menyebar ke Indonesia sekitar tahun 500 SM.
n Hasil-hasil kebudayaan
Pada zaman logam manusia sudah mampu melebur dan mengolah logam menjadi alat-alat untuk keperluan sehari-hari atau alat upacara. Hasil-hasil kebudayaan dari zaman logam diantaranya sebagai berikut :
1.Kapak Corong
2. Nekara
3. Bejana Perunggu
4. Arca-arca
5. Benda-benda perunggu lain
6. Benda-benda besi
7. Gerabah
n Pada Teknologi
Benda-benda perunggu yang ditemukan dari zaman logam dibuat dengan menggunakan 2 teknik, yaitu :
1. Teknik Bivalve (Setangkap)
1. Teknik Bivalve (Setangkap)
2. Teknik a cire perdue (cetakan lilin)
n Manusia pendukung
Pendukung utama kebudayaan perunggu di Indonesia adalah pendatang baru dari Asia Tenggara Daratan. Mereka adalah penduduk Deutro Melayu (Melayu Muda) dengan membawa kebudayaan Dongsong (Vietnam) yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara.
n Kehidupan sosial budaya
Pada zaman logam manusia di Indonesia hidup di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah dan tepi pantai. Mereka hidup dalam perkampungan-perkampungan yang makin teratur dan terpimpin. Bukti-bukti sisa tempat kediaman mereka ditemukan di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Sumbawa, Sumba dan di beberapa pulau di Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
n Pelayaran
Pengetahuan manusia pada zaman logam dalam berbagai bidang meningkat pesat. Ilmu tentang perbintangan (astronomi) dan iklim telah dikuasai untuk mengatur kegiatan pertanian dan pelayaran. Hornell menyimpulkan bahwa perahu bercadik atau perahu bersayap adalah perahu khusus dari Indonesia.
Zaman Logam dibedakan menjadi 3 yaitu:
a. Zaman tembaga b. Zaman perunggu c. Zaman besi
a. Zaman Tembaga
· Pada zaman tembaga manusia purba sudah memanfaatkan logam tembaga yang dapat digunakan untuk alat – alat rumah tangga.
· Tetapi proses pembentukannya masih sangat sederhana.
b. Zaman Perunggu
· Pada zaman perunggu manusia purba sudah mampu membuat peralatan dari perunggu yang terbuat dari hasil campuran antara tembaga dan timah.
· Peralatan ini mempunyai sifat yang lebih keras daripada tembaga dan bentuknya sudah lebih halus.
c. Zaman Besi
· Pada zaman besi manusia purba sudah mampu melebur bijih besi yang dibentuk sedemikian rupa meskipun masih kasar.
· Bijih besi dilebur dan dibentuk untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti peralatan rumah tangga, berburu, dan bertani.
Ø Tambahan: Pembagian Zaman Menurut Corak Kehidupan
ü Masa Berburu
§ Kehidupan manusia purba pada masa berburu selalu berpindah – pindah atau nomaden.
§ Karena selalu mencari binatang buruan dan bahan makanan yang disediakan oleh alam berupa binatang, Hal ini disebut dengan “food gathering”.
ü Masa Meramu
§ Kehidupan manusia purba pada masa meramu hampir sama dengan masa berburu yaitu selalu berpindah – pindah atau nomaden.
§ Berbeda dengan masa berburu, pada masa meramu manusia purba mencari bahan makanan berupa tumbuh – tumbuhan, hal ini disebut sebagai food gathering”.
ü Masa Bercocok Tanam
§ Kehidupan manusia terus berkembang lebih maju, yang kemudian mengenal bercocok tanam.
§ Meskipun demikian kehidupan berburu dan meramu belum sepenuhnya ditinggalkan.